Terkini.id, Cirebon – Dari banyaknya jenis wisata di Indonesia, apakah anda pernah mendengar yang namanya wisata religi? Wisata religi merupakan salah satu jenis wisata yang cukup banyak di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih kental dengan kepercayaan religius seperti dalam berdoa dan lokasi dalam memanjatkan doa.
Meskipun sering dikaitkan dengan hal mistis, wisata religi tetap menjadi favorit khususnya bagi golongan masyarakat yang mengagungkan nilai religi dan sejarah. Salah satu lokasi wisata religi yang cukup terkenal adalah Keramat Talun Pangeran Cakrabuana atau yang dikenal sebagai Mbah Kuwu Sangkan.
Wisata religi ini merupakan petilasan sekaligus makam keramat dari Mbah Kuwu Sangkan yang berlokasi di Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Lokasi tersebut menjadi salah satu tempat pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) dari mahasiswa IPB University tahun 2022 selama 40 hari dimulai dari 23 Juni 2022 sampai 1 Agustus 2022.
Hofifah bersama Affandy, Suherni, Btari, Tegar, Khairut, Syahida, dan Shinta yang tergabung dalam tim KKN-T IPB Cirebon-07 sangat tertarik menggali lebih dalam mengenai wisata religi Keramat Talun yang sudah cukup terkenal di Indonesia, khususnya di Jawa Barat.
Salah satu alasan mengapa wisata religi ini menarik untuk didalami adalah karena wisata religi termasuk pariwisata budaya. Wisata religi ini juga memiliki arsitektur yang cukup menarik dan unik yang identik dengan batu bata berwarna merah. Tim KKN-T Cirebon-07 IPB melakukan observasi dan wawancara kepada salah satu pengelola untuk lebih memahami sejarah dari Keramat Talun dan beberapa pengunjung mengenai pandangan mereka dan alasan mereka rutin berziarah ke Keramat Talun.
- Ketua FPSH HAM Berterima Kasih atas Dedikasi Ridwan Kamil 5 Tahun Pimpin Jabar
- Deretan Tipe Tablet iPad Terbaik yang Paling Recommended
- 7 Dining Chair Terlaris Di Blibli
- Cara Mahasiswa KKNT Inovasi IPB Selamatkan Generasi Muda dari Masalah Gizi Balita di Desa Dasun Rembang
- Mengenal Agung Motiva, Seorang Trainer-Motivator dan MC Profesional Asal Bogor
Narasumber yang diwawancarai adalah seorang pengelola sekaligus ahli sejarah dari wisata religi Keramat Talun, Drs. Sukardi Hariri atau biasa dipanggil Ustadz Hariri atau Mama Yiyi. Ternyata, sejarah dari Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan sangat berkaitan erat dengan sejarah adanya Cirebon itu sendiri. Pangeran Cakrabuana atau Pangeran Walangsungsang atau Mbah Kuwu Sangkan merupakan seorang pendiri Cirebon dan membangun Cirebon dari sisi ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hingga agama khususnya Islam.
”Mbah Kuwu Sangkan merupakan anak dari Prabu Siliwangi IX dan Nyi Subang Larang. Namanya saat di Kerajaan Pajajaran adalah Pangeran Walangsungsang. Dalam memperdalam ilmu agama Islamnya, Pangeran Walangsungsang ini keluar dari Istana Pajajaran, berkelana dan akhirnya menetap di Cirebon,” jelas Ustadz Hariri, seperti keterangan yang diterima pada Kamis, 28 Juli 2022.
Mbah Kuwu Sangkan juga memiliki dua orang saudara bernama Nyi Rara Santang dan Prabu Kian Santang. Mbah Kuwu Sangkan menikahi putri dari gurunya, Danuwarsih, yang bernama Nyi Endang Geulis dan memiliki seorang putri yang bernama Nyi Mas Pakungwati. Nyi Mas Pakungwati kemudian dinikahkan kepada Syarif Hidayatullah atau yang dikenal sebagai Sunan Gunung Djati yang merupakan anak dari Nyi Rara Santang.
“Pada kemudian hari, didirikan Keraton Pakungwati ketika ibukota Kerajaan Cirebon dipindahkan ke Lemah Wungkuk yang sesuai dengan nama putri dari Pangeran Cakrabuana,” lanjut Ustadz Hariri.
“Dalam membangun Cirebon, Mbah Kuwu Sangkan membangun Padukuhan Cirebon yang akhirnya menjadi asal mula nama Grage, Cirebon, bisnis terasi, dan lain sebagainya,” tuturnya lagi.
Ustadz Hariri memaparkan, dalam menggali ilmu agama Islam, Mbah Kuwu Sangkan tidak melakukannya seorang diri melainkan bersama dengan adiknya, Nyi Rara Santang hingga akhirnya mereka berguru dengan Syekh Nurul Djati. Mbah Kuwu Sangkan diberi nama atau gelar Ki Somadullah yang berarti orang yang ahli dalam ilmu agama Islam.
Lalu, menurut sumber setempat, pendiri Keraton Cirebon adalah Mbah Kuwu Sangkan yang kemudian ditingkatkan statusnya menjadi kesultanan oleh Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati yang merupakan menantu sekaligus keponakannya.

Selain bertanya mengenai sejarah dari Mbah Kuwu Sangkan, tim KKN-T Cirebon-07 juga bertanya mengenai filosofi dari patung kerbau dan harimau yang terpampang di depan gerbang Keramat Talun.
“Kerbau itu bukan kerbau biasa. Namanya kebo bule yang memiliki ciri khas berwarna merah muda keabuan peliharaan Mbah Kuwu Sangkan,” jelas Ustadz Hariri. “Kemudian harimau itu melambangkan ayahnya Mbah Kuwu Sangkan, yaitu Prabu Siliwangi yang pemberani dan tidak terkalahkan. Makanya disimbolkan dengan harimau,” sambungnya.
Lanjut, Ustadz Hariri menjelaskan mengenai kegiatan rutinan yang ada di Keramat Talun. Kegiatan tersebut adalah ziarah makam yang diisi dengan kegiatan keagamaan seperti tahlilan, mengaji, hingga berdoa.
“Makanya disini dinamakan Talun, asalnya dari bahasa Arab yaitu kata Tahlilun atau Tahlil,” tutur Ustadz Hariri. Sebagian besar para pengunjung percaya bahwa jika berdoa di Keramat Talun maka doa mereka akan terdengar oleh Tuhan YME dan lebih cepat dikabulkan. Adapun kegiatan tersebut akan semakin ramai saat malam Jumat Kliwon dan mencapai puncaknya pada malam 1 Suro atau 1 Muharram.
Tidak hanya menggali informasi dari Ustadz Hariri. Tim KKN-T Cirebon-07 juga mewawancarai beberapa pengunjung yang berziarah di Keramat Talun. Ternyata para pengunjung memiliki jawaban yang cukup beragam mengenai alasan mereka berziarah ke Keramat Talun.
Salah seorang pengunjung yang bernama Suhaedah (38) asal Cirebon Girang mengatakan bahwa alasannya berziarah adalah karena makam orang tuanya berada di lokasi Keramat Talun. Beliau juga menuturkan bahwa setiap malam Jumat ikut serta dalam kegiatan tahlilan di petilasan Mbah Kuwu Sangkan.
“Tapi biasanya mah yang ziarah kesini khususnya di malam Jumat Kliwon kayak hari ini pendatang, Neng, orang sini mah jarang,” jelasnya. “Jadi memang ramai disini karena banyak pendatang dari luar,” sambungnya.
Selanjutnya, tim KKN-T Cirebon-07 mewawancarai seorang pelajar yang berkunjung ke Keramat Talun. Ia termasuk rombongan dari Pondok Pesantren Babakan yang berlokasi di Cirebon.
“Kita kesini sebenarnya cuma ikut kegiatan rutinan dari pondok aja, Teh. Ini udah rutin setiap mau lebaran haji,” jelas Anya.
Anya menuturkan bahwa kegiatan rutinan disana adalah tahlilan. Namun, Anya masih belum tahu alasan pasti mengapa Pondok Pesantren Babakan mengadakan acara rutinan di Keramat Talun. Rombongan ini berziarah ke Keramat Talun setelah berziarah dari makam Sunan Gunung Jati.
Selain dari daerah Cirebon, Keramat Talun ini dibanjiri pengunjung dari luar daerah terutama saat malam Jumat Kliwon. Tarini (55) berasal dari Cilegon. Beliau menuturkan alasan mengapa rutin berziarah adalah karena dengan berziarah membuatnya tetap waras dan doanya menjadi lebih cepat terkabulkan.
“Rezeki jadi makin lancar kalau sudah berdoa disini, badan yang awalnya sakit-sakit pun jadi sembuh,” tuturnya. Ia sudah rutin setiap sebulan sekali mengunjungi Keramat Talun bersama suaminya.
Tentunya bukan tempat wisata jika tidak terdapat oleh-oleh yang bisa dibawa pulang. Pengelola Keramat Talun menjual suvenir berupa buku-buku sejarah yang menjelaskan riwayat hidup Mbah Kuwu Sangkan sekaligus asal-usul Cirebon.
Buku-buku ini mencapai empat jilid. Meskipun Keramat Talun memiliki banyak pengunjung yang rutin berziarah, masih terdapat beberapa kekurangan seperti kurang terjaganya kebersihan, bangunan dan fasilitas yang masih kurang memadai, serta banyaknya pengemis. Keberadaan pengemis ini cukup mengganggu para pengunjung dalam berziarah.
Ustadz Hariri sangat menginginkan generasi muda dan mahasiswa agar lebih bersedia untuk mempelajari dan memahami sejarah bangsa Indonesia khususnya sejarah dari Keramat Talun Mbah Kuwu Sangkan.
“Sebagai generasi muda harus paham tentang sejarah Indonesia ya, Mbah Kuwu Sangkan ini juga termasuk dalam sejarah karena berjasa dalam membangun Cirebon dan banyak sekali hubungannya dengan kerajaan-kerajaan besar salah satunya Kerajaan Pajajaran,” tandasnya. (Tim KKN-T IPB Desa Cirebon Girang)