Regenerasi Petani Sebagai Solusi Ketahanan Pangan di Masa Depan
Komentar

Regenerasi Petani Sebagai Solusi Ketahanan Pangan di Masa Depan

Komentar

Terkini.id, Bogor – Kondisi petani muda yang berada di Indonesia saat ini sedang berada pada fase kritis regenerasi. Latar belakang negara agraris, pertanian seharusnya menjadi sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak dibanding sektor lain. Adanya krisis ini, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja petani. Tenaga kerja petani yang semakin berkurang akan berdampak terhadap produktivitas pertanian yang akan bermuara pada penurunan ketahanan pangan di Indonesia.

Generasi muda saat ini cenderung memilih bekerja pada bidang industri non pertanian serta perkantoran dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan bahwa usaha di bidang pertanian ini kurang menguntungkan dari segi perekonomian.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hal lain yang menyebabkan kurangnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian yaitu mengenai luas kepemilikan lahan. Petani di Indonesia lebih banyak memiliki luas lahan yang kecil, dengan rata-rata kurang dari 0,5 ha. Skala usaha  dalam hal ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga dengan kondisi yang memadai, sehingga banyak anak muda di pedesaan yang mulai memalingkan pandangannya untuk bekerja sebagai petani.

Sensus pertanian pada tahun 2003 dengan perbandingan tahun 2013 terbukti bahwa 10 tahun terakhir telah terjadi penurunan rumah tangga petani sebesar 15%. Sensus pertanian pada tahun 2013 menunjukan sebanyak 61,8 persen petani berusia lebih dari 45 tahun dan sebesar 12,2 persen yang berusia dibawah 35 tahun. Hasil Sensus Pertanian Tahun 2013 didukung oleh hasil dari penelitian Koalisi Rakyat Keadaulatan Pangan (KRKP) yang menunjukan sebesar 54 persen anak petani hortikultura tidak ingin menjadi petani.

Bidang pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Bahkan, pertanian menjadi sektor yang tidak mati meskipun dunia sedang diserang pandemi. Hal ini disebabkan karena petanian merupakan satu-satunya sumber bahan pangan dan gizi.

Baca Juga

Seperti yang kita ketahui bahwa fungsi ketersediaan pangan merupakan fungsi primer dan merupakan kebutuhan utama manusia. Dengan adanya pangan, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan nya sehari-hari dan menjalankan aktivitasnya.

Tidak tercukupinya pangan yang ada mengakibatkan masyarakat tidak dapat hidup secara sehat dan bekerja untuk pemunuhan hidup sehari-hari yang nantinya akan terdampak terhadap ekonomi suatu negara.

Hal ini didukung oleh pernyataan Pemerintah Kabupaten Sragen yang berada di Jawa Tengah bahwa Indonesia sendiri untuk sektor penentu tingkat kesejahteraan ditentukan oleh sektor pangan. Bila ketersediaan pangan di suatu negara lebih kecil dibandingkan kebutuhannya, maka hal ini akan menyebabkan ketidak-stabilan ekonomi dan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.

Lantas apa yang harus dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan ini?

Melihat dampak yang begitu besar, ketahanan pangan perlu dikelola secara baik dan benar. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional adalah dengan cara regenerasi petani. Regenerasi petani merupakan pergantian pelaku usaha tani yang memiliki kemampuan yang cukup atau memadai dalam menjalankan usaha di bidang pertanian untuk merespon dinamika lingkungan.

Regenerasi petani ini dapat terjadi dengan masuknya orang baru seperti anggota keluarga maupun dari luar dengan profesional ke dalam usaha pertanian. Regenerasi petani ini penting untuk dilakukan melihat alasan dan dampak untuk ketahanan pangan.

Regenerasi petani perlu dilakukan karena melihat dari usia petani yang semakin tua ini mengakibatkan penurunan kinerja dalam bidang pertanian. Semakin terbukanya dunia dan persaingan pasar menyebabkan pelaku yang harus bekerja pada sektor pertanian adalah petani yang produktif dan efisien.

Petani berusia lanjut memiliki kinerja dan produktivitas yang rendah. Petani ini juga relatif tertinggal dalam pemanfaatan teknologi di bidang pertanian. Berbeda dengan petani muda yang memiliki sebuah peluang kinerja yang lebih baik dan hasilnya pun lebih produktif serta efisien.

Oleh karena itu, adanya regenerasi petani ini diharapkan dapat menyediakan tenaga kerja yang baru serta lebih efisien dan profesional untuk menggantikan petani yang sudah lanjut usia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa regenerasi petani merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam mengatasi ketahanan pangan dimasa depan. Regenerasi petani tidak hanya terkait dengan siklus keluarga petani, tetapi juga pertanian yang lebih luas. Dengan adanya regenerasi petani ini diharapkan konflik ketahanan pangan di masa depan dapat diantisipasi dan terselesaikan dengan baik. (*)

Princessca Al Zahra, Mahasiswi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB University